Monday, September 28, 2020

Komunitas Ibu Profesional, Tempat Saya Belajar dan Bertumbuh


Menjadi seorang ibu adalah kodrat dan dambaan bagi sebagian besar wanita. Predikat itu disandang tak sebatas pasca melahirkan seorang anak saja. Tetapi juga merawat serta mendidiknya dengan baik dan penuh kasih sayang. Untuk menjalankan peran sebagai seorang ibu tersebut, tentunya dibutuhkan ilmu dan keterampilan yang tidak mudah. Namun, tidak ada satu sekolah formal pun yang mengajarkan ilmu menjadi seorang ibu.

 


Saya bersyukur dipertemukan dengan komunitas Ibu Profesional yang didirikan oleh Ibu Septi Peni Wulandani. Seorang ibu dengan tiga orang anak yang mendedikasikan dirinya untuk memajukan para perempuan di Indonesia. Melalui komunitas inilah saya banyak belajar. Pengajaran ini dilakukan secara daring. Mulai dari kelas Matrikulasi yang membahas ilmu yang berkaitan dengan diri sendiri seperti pengelolaan diri, manajemen waktu, membangun visi dan misi pribadi, dan sebagainya. Kemudian dilanjutkan dengan kelas Bunda Sayang yang berlangsung selama 12 bulan. Kelas ini membahas, mengajarkan, dan memberi penugasan berkaitan dengan ilmu mendidik anak. Mulai dari komunikasi produktif, membangun kemandirian anak, melejitkan kecerdasan emosi dan spiritual, membangun karakter anak, dan lain-lain. 

 


Selain mengikuti pembelajaran secara daring, kami juga dikumpulkan dan dikelompokkan sesuai dengan daerah atau regional masing-masing. Tujuanya adalah agar kami bisa berkenalan, bertemu, dan berkegiatan tatap muka secara langsung. Saya pun tergabung dalam komunitas Ibu Profesional Banyumas Raya (IPBR). Bagi saya, IPBR adalah rumah kedua saya. Di saat saya merasa sendiri, merasa jenuh dengan peran saya sebagai ibu rumah tangga yang kadang monoton, ada teman-teman IPBR yang memberi semangat dan menguatkan. Kami sering mengadakan playdate, berbagi ilmu di antara kami, bahkan berbagi ilmu kepada masyarakat yang lebih luas.

 


Saya merasa beruntung dipertemukan dengan Ibu Septi dan teman-teman IPBR. Dari komunitas inilah saya mendapat banyak ilmu, belanja banyak ide dan pengalaman, serta bisa membagikan ilmu, tenaga, dan pikiran saya. Bersama komunitas ini, saya merasa lebih percaya diri meski hanya menyandang predikat sebagai ibu rumah tangga. Ya, peran ibu rumah tangga yang saya pilih dengan penuh kesadaran, berusaha saya kerjakan dengan profesional, dan tentu saja dengan selaksa  kebahagiaan. Karena keluarga yang bahagia lahir dari ibu yang bahagia.

Tuesday, September 15, 2020

Amuk

 

Ku ingin menjadi gelombang laut yang dapat berubah menjadi tsunami yang dapat meluluhlantakkan daratan..

Ku ingin menjadi gunung berapi yang mampu meluapkan lahar dan lava yang bisa menghancurkan peradaban..

Ku ingin menjadi angin yang bisa menjadi tornado yang menghentak keras bak pusaran kematian..

Ku ingin menjadi api yang bisa membakar segala yang ada hingga menyisakan abu tak bermakna..

Namun, aku tetaplah manusia biasa..yang punya hati dan punya rasa.. Sekeras apapun benturan yang menimpa.. Tetap tidak akan kubiarkan merubahku menjadi sang angkara..

Sroto Sokaraja - Kuliner Khas Banyumas

Indonesia memiliki kekayaan kuliner yang unik, enak, dan beraneka ragam di setiap daerahnya. Salah satunya adalah soto. Beberapa daerah mempunyai resep dan ciri khas pada sotonya masing-masing. Sebut saja Soto Betawi dengan kuah santannya yang gurih, Soto Lamongan dengan bubuk koyanya, Soto Bandung dengan potongan lobak dan taburan kedelainya, Soto Kudus dengan kuah beningnya yang segar, dan soto lainnya. Tak kalah dengan daerah-daerah tersebut, Banyumas juga mempunyai soto khasnya sendiri. Soto khas Banyumas ini dikenal juga dengan nama Sroto Sokaraja, karena berasal dari daerah Sokaraja. 


Sroto Sokaraja ini merupakan makanan berkuah dengan potongan daging sapi atau ayam seperti soto pada umumnya, namun memiliki keunikan tersendiri. Jika sebagian besar soto disajikan dengan nasi, Sroto Sokaraja ini disajikan dengan potongan-potongan ketupat. Selain itu, ciri unik lainnya adalah penggunaan sambal bumbu kacang yang dicampurkan ke dalam soto, yang tidak ditemui pada jenis soto lain. Bumbu kacang ini semakin memperkaya kekhasan rasa pada Sroto Sokaraja. 

Isian danging pada Sroto Sokaraja bisa menggunakan daging sapi ataupun daging ayam. Untuk daging sapi pun ada beberapa pilihan jenisnya, seperti daging sapi murni, babat/iso, sekengkel urat, atau campur. Selain itu, Sroto Sokaraja disajikan dengan potongan sohun dan taoge pendek dengan taburan potongan daun bawang, bawang goreng, dan kerupuk. Tak lupa pula kecap manis, dan sambal sebagai pelengkap. Kerupuk yang digunakan di sini pun bukan sembarang kerupuk, melainkan kerupuk khas Banyumas, yaitu kerupuk cantir. Kerupuk cantir adalah kerupuk gurih berbahan dasar singkong dengan  warna merah atau putih. 

Sroto Sokaraja memiliki rasa yang gurih, pedas, dan sedikit manis yang berasal dari sambal bumbu kacangnya. Kuah sroto yang panas dengan rasa kaldu yang pas semakin menambah kelezatannya.. Apalagi jika dihidangkan dengan mendoan hangat dan dimakan bersama keluarga tercinta.

Nyumbang - Sebuah Film Pendek

 Resensi Film Pendek

Judul Film : Nyumbang
Jenis Film : Drama Komedi
Durasi : 20 menit
Negara Asal : Indonesia
Sutradara : Rahma Nurlinda Sari
Ide Cerita : Maryoto
Produser : Melati Puspitasari, Himawan
Produksi : Montase Production
Pemain : Hadi Manuto, Widowati, Drs. Susanto, Bandung Budi Aji
Tahun Produksi : 2015

Film ini dibuka dengan tembang Jawa berlatar kehidupan pedesaan di lereng gunung beserta aktivitas penduduknya. Film ini menceritakan tentang kondisi pasangan suami istri, Bejo dan Sutini yang hidup dalam kemiskinan. Bejo merupakan petani yang panennya tidak membuahkan hasil. Sedangkan Sutini yang berjualan gorengan di pasar, sepi pembeli.

Di tengah kehidupan mereka yang serba susah dan kekurangan, berdatangan ulem-uleman atau undangan dari para tetangga. Mulai dari pesta pernikahan, khitanan, bahkan menjenguk tetangga yang sakit. Hal tersebut membebani Bejo dan Sutini. Bejo berfikir bahwa seharusnya keluarganya yang disumbang bukan sebaliknya.

Dalam kegalauan dan rasa frustrasinya, Bejo mendapatkan ide agar orang-orang bisa memberikan sumbangan kepadanya. Bejo merencanakan untuk berpura-pura sakit untuk mendapatkan uang sumbangan. 

Film ini cukup menarik karena cerita yang dekat dengan keseharian kita. Selain itu, latar pedesaan dengan kostum tradisional yang dikenakan para tokoh semakin memperkaya aspek budaya di dalamnya. Film ini pun memperoleh tiga buah penghargaan berskala nasional sehingga layak untuk ditonton.




Sunday, September 13, 2020

Mengenal Beragam Emosi Melalui Buku "Apa Namanya? - Kamus Perasaan Anak"

Pernahkan merasa bingung menghadapi balita yang tiba-tiba menangis, bahkan tantrum? Sedangkan kita sebagai ibunya tidak tahu apa yang sebenarnya dirasakan atau diinginkan oleh anak.

Pernahkan kita salah mengartikan emosi dan perasaan anak? Alih-alih menenangkan, justru semakin membuat anak merasa tidak nyaman?

Kondisi ini sering saya alami dalam keseharian membersamai anak. Apalagi saya baru memasuki dunia ibu dengan seorang anak berusia dua tahun. Tak jarang saya justru ikut terbawa emosi karena kurangnya kesabaran saya. 


Beruntung saya menemukan buku "Apa Namanya? - Kamus Perasaan Anak". Dalam pembuka buku ini dituliskan bahwa pada umumnya anak-anak kesulitan untuk mengungkapkan perasaannya melalui kata-kata. Hal ini terjadi sebab mereka belum memahami perasaannya sendiri.Penyebab lainnya bisa juga akibat ketidaktahuan anak-anak terhadap pemakaian kosa kata yang tepat untuk mengungkapkan perasaannya. 

Jadi saya sebagai ibunya lah yang seharusnya membantu anak untuk mengidentifikasi, memvalidasi, dan memberi nama emosi serta perasaan yang diekspresikan oleh anak. Sehingga pada akhirnya anak mampu mengenali sendiri emosi apa yang dia rasakan, bahkan dapat meregulasi emosinya dengan baik. 

Selama ini, saya sudah mengenal beberapa jenis emosi dasar seperti bahagia, sedih,  marah, dan takut. Namun terkadang masih sulit untuk mengidentifikasi dan menamai ekspresi emosi yang muncul pada anak saya. Apalagi mengidentifikasi berbagai jenis perasaan yang mungkin dirasakannya.

"Apa Namanya? - Kamus Perasaan Anak" merupakan sebuah buku yang memuat bermacam kosakata tentang berbagai jenis perasaan, mulai dari "terharu" hingga "puas". Tidak tanggung-tanggung, ada 73 nama perasaan yang dibahas dalam buku ini. Sebagai contoh, emosi dasar senang saja mempunyai banyak nama perasaan yang digambarkan, seperti bahagia, ceria, girang, riang, senang, dan suka cita. Semua nama perasaan ini dijabarkan maknanya satu-persatu.


Menariknya, buku ini dilengkapi pula dengan gambar dan situasi yang menggambarkan perasaan-perasaan tersebut sehingga mudah dipahami. Eskpresi dan situasi yang digambarkan pun cukup detail dan jelas sehingga saya bisa mencocokkan ekspresi anak saya dengan ekspresi yang digambarkan. Buku ini benar-benar bermanfaat dan membantu saya dalam mengenali dan memahami perasaan anak saya. 


Judul buku : Apa Namanya? - Kamus Perasaan Anak

Penulis : Park, Sung-woo

Ilustrator : Kim, Hyo-eun


Saturday, September 12, 2020

Cerita Singkat Perjalanan Menulisku (Self Editing)



Aku sudah gemar membaca sejak kecil. Namun aneh, kegemaran tersebut tidak lantas menjadikanku suka dan bisa menulis. Saat SD, mengarang adalah salah satu tugas yang tidak aku sukai. Bingung, itu yang aku rasakan setiap kali guru memerintahkan untuk membuat sebuah karangan. Hal ini berlanjut sampai kuliah. Membuat makalah, esai, dan sejenisnya adalah tugas yang paling ditakuti. Namun mau tidak mau harus tetap aku kerjakan. Puncaknya adalah saat mengerjakan skripsi. Meski tidak suka menulis, aku memilih metode kualitatif untuk penelitianku. Padahal metode ini lebih banyak menggunakan tulisan dibandingkan metode kuantitatif. Sehingga aku membutuhkan effort besar untuk menyelesaikannya. Walhasil masa skripsiku hampir menyamai masa kuliah itu sendiri.

Namun setelah dipikir-pikir, ternyata kegiatan tulis-menulis sudah biasa aku lakukan. Aku pernah rutin menulis diari, suka berkirim surat, pun menuliskan pantun atau puisi meski ala kadarnya. Menulis surat ini menjadi salah satu sarana ampuh ketika aku tidak bisa mengungkapkan sesuatu secara langsung kepada seseorang. Selain itu, aku juga senang berkirim kartu ucapan. Seperti kartu ucapan lebaran, kelulusan, ulang tahun, atau sekedar kartu ucapan penyemangat dan pelepas rindu pada sahabat. 

Aktivitas dan jam terbang menulisku semakin banyak ketika mengikuti sebuah pembelajaran di sebuah komunitas. Aku diharuskan menulis jurnal pekanan, bahkan harian sebagai syarat kelulusan. Aktivitas menulis yang awalnya terpaksa, jadi terbiasa. Hal ini tentu merubah mindset-ku juga tentang menulis. Aku pun pernah menantang diri sendiri untuk bergabung menulis buku antalogi. Alhamdulillah aku berhasil menelurkan dua buah antalogi. Meski dicetak terbatas dan untuk kalangan sendiri.  Setidaknya itu menjadi pijakan awalku untuk mulai mencintai dunia tulis-menulis. 

Thursday, September 10, 2020

Cerita Singkat Perjalanan Menulis


Sejak kecil saya sudah gemar membaca. Namun anehnya tidak suka dan merasa tidak bisa menulis. Saat SD, tugas  mengarang adalah salah satu tugas yang tidak saya sukai. Rasanya bingung dan susah saja kalau sudah disuruh untuk mengarang. Hal ini berlanjut sampai kuliah. Membuat makalah, esai, dan sejenisnya adalah hal yang paling ditakuti, namun mau tidak mau tetap harus dikerjakan. Puncaknya adalah saat mengerjakan skripsi. Tidak suka menulis namun memilih metode penelitian kualitatif yang notabene membutuhkan effort besar untuk menuliskannya. Walhasil masa skripsi saya hampir menghabiskan setengah dari masa studi saya.

Namun setelah dipikir-pikir, tanpa disadari sebenarnya kegiatan tulis-menulis sudah biasa saya lakukan. Saya pernah rutin menulis diari, suka berkirim surat, pun menuliskan pantun atau puisi ala kadarnya. Bahkan menulis surat ini menjadi salah satu sarana ampuh ketika saya tidak bisa mengungkapkan sesuatu secara langsung kepada seseorang. Selain itu, saya juga suka berkirim kartu ucapan. Seperti kartu ucapan lebaran, ucapan kelulusan, ucapan selamat ulang tahun, atau sekedar kartu ucapan penyemangat atau pelepas rindu pada sahabat. 

Aktivitas dan jam terbang menulis saya semakin tinggi ketika mengikuti sebuah pembelajaran di komunitas yang mengharuskan menulis jurnal pekanan, bahkan harian sebagai syarat kelulusan. Yang awalnya terpaksa, jadi terbiasa. Hal ini tentu merubah mindset saya juga tentang menulis. Saya pun pernah menantang diri sendiri untuk bergabung menulis buku antalogi. Alhamdulillah saya berhasil dan sudah menelurkan dua buah antalogi. Meski dicetak terbatas dan untuk kalangan sendiri, setidaknya itu menjadi pijakan awal saya untuk mulai mencintai dunia tulis-menulis. 

Thursday, September 3, 2020

TOT Read Aloud Part 1


Alhamdulillah, setelah sekian lama menanti dan beberapa kali kehabisan seat, akhirnya berkesempatan juga mengikuti TOT Read Aloud Batch 2 yang diselenggarakan oleh @readaloud_makassar bekerjasama dengan @readingbugs .

Bahagia sekali rasanya ketika bisa mengikuti TOT Read Aloud dengan pemateri Ibu @roosie_setiawan langsung. Meski sebelumnya pernah mengikuti workshop dan beberapa kali kuliah online seputar Read Aloud, tapi ruh dan rasanya tetap berbeda. Apalagi tujuan kelas kali ini salah satunya adalah agar saya mampu menjadi salah satu trainer Read Aloud yang "berlisensi".

Ada tiga materi yang akan kami dapat selama TOT ini. Setiap materi diberikan dalam satu pertemuan. Pertemuan pertama sudah dilakukan pada 29 Agustus 2020 lalu.

Sebagai pendahuluan, Ibu Roosie menjelaskan tujuan diadakannya TOT ini, yaitu menjadikan peserta sebagai pemateri Read Aloud/membacakan nyaring karena Indonesia membutuhkan pemateri Read Aloud. Sebagian besar orang tua dan pendidik di Indonesia belum mengetahui apa itu aktivitas dan manfaat membacakan nyaring. Maka dari itu, tugas kamilah nantinya yang akan menjadi "duta"  dalam membumikan Membacakan Nyaring.

Selain itu, Bu Roosie juga membacakan serta membedah surat balasan dari Jim Trelease saat beliau meminta izin untuk menerjemahkan buku Read Aloud Handbook. Isi surat itu sangat menyentuh dan menginspirasi saya. Dalam surat tersebut, Jim Trelease menceritakan bahwa kedua orang tuanya lah yang memiliki andil sampai ia menjadi seperti sekarang. Jim Trelease adalah orang yang ingin tahu segalanya. Ia menuliskan bahwa ketika ayahnya membacakan cerita, maka itu menenangkan dan membuatnya fokus. Apa yang ayahnya lakukan menambah perbendaharaan kata dan pengetahuan dasarnya, memperluas rasa keingintahuannya, dan menstimulasi keinginannya atas bacaan. Sehingga ia merasakan kenikmatan membaca.

Ia juga menuliskan bahwa rumah yang dikelilingi oleh bermacam lembaran kertas dan bacaan, dengan alunan suara huruf yang dieja bercampur semangat sebuah cerita menjadikannya seorang kutu buku sekaligus penulis. Apa yang dilakukan ayahnya, yaitu membacakan nyaring adalah sebuah formula yang sangat kuat, sederhana, bukan formula rahasia yang dimiliki oleh perusahaan multinasional, dan dimiliki oleh keluarga yang memang ingin membesarkan seorang pembaca. Inilah inti buku Read Aloud Handbook, tulisnya. 

Selanjutnya, Ibu Roosie mengupas tentang Apa dan Mengapa Read Aloud? Kemudian beliau juga membedah tuntas buku The Read-Aloud Handbook Jim Trelease yang beliau terjemahkan dan buku Membacakan Nyaring tulisan beliau.

Mengikuti materi ini dari awal sampai akhir semakin mantapkan hati saya untuk turut andil dalam menyebarkan virus Read Aloud.

#readaloud
#totreadaloud
#membacakannyaring

Menulis dan Kecintaan Saya pada Dunia Literasi (edited)

  Apa yang ada dalam benak kita ketika membaca kata "literasi"? Pasti yang langsung terlintas adalah aktivitas mengenai membaca ...